Di tengah kondisi pemulihan pandemi berkepanjangan, Omah Cangkem Mataraman sebagai salah satu kantung budaya di wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali menggelar “Pestipal Imbal Bonang” yang pada tahun ini tercatat sebagai penyelenggaraan ketujuh kalinya.
“Pestipal Imbal Bonang” menurut Pardiman Djoyonegoro selaku Pamong Omah Cangkem Mataraman terinspirasi dari kegembiraan penabuh gamelan, khususnya Bonang. Saat berinteraksi dengan penabuh bonang lainnya melalui teknik tabuhan imbal (saling bergantian), imbal bonang berarti saling bergantian mengekspresikan kegembiraan melalui instrumen bonang. Kegembiraan itu yang kemudian menjadi dasar penyelenggaraan acara, “Secara luas, Kami ingin memunculkan semangat gembira berbudaya dan berkesenian juga menanamkan budi pekerti luhur” Pardiman Djoyonegoro kemudian menambahkan.
Tercatat beberapa seniman mancanegara yang akan turut meramaikan “Pestipal Imbal Bonang” kali ini, seperti dari Thailand dan Afrika Selatan. Juga berbagai Komunitas Budaya domestik seperti dari Banyumas dan Komunitas Perempuan Berkebaya Wilayah Yogyakarta selain tentunya penampilan dari anak didik Omah Cangkem Mataraman.
Mengingat kondisi yang belum memungkinkan untuk digelarnya “Pestipal Imbal Bonang” secara langsung maka pestipal ini diadakan secara daring melalui kanal youtube Omah Cangkem mulai dari tanggal 29 Oktober 2021 hingga tanggal 31 Oktober 2021. Proses perekaman yang dilakukan tetap mentaati protokol kesehatan dan para peserta pengisi acara minimal telah mendapat satu kali vaksinasi.
Tema yang diusung pada tahun ini adalah “Sumpah Pebonang”, menurut Pardiman Djoyonegoro, tema tersebut diangkat sebagai penegasan bahwa meski dalam kondisi sulit, budaya dan kebudayaan tidak boleh surut dan bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan hidup juga menjadi unsur penguat imunitas tubuh melalui kegembiraan dan keberdayaan. “Jika Pemerintah punya program peduli lindungi, maka kami (para seniman dan budayawan), juga wajib peduli dan melindungi, peduli pada keadaan dan melindungi semangat-semangat berkebudayaan kami, agar tidak padam dan terus berlangsung juga berkewajiban melindungi diri dan budaya kami terlebih lingkungan kami” pungkas Pardiman Djoyonegoro.